Sejarah Negara Indonesia di Jajah Jepang
Setelah
sebelumnya saya menceritakan Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia, maka pada
kesempatan kali ini saya akan membahas Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia.
Walaupun hanya 3,5 tahun menjajah Indonesia, namun Jepang lebih sangat kejam
dan keji daripada Belanda. Baiklah untuk selanjutnya mari kita simak ulasan
mengenai Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia berikut ini :
Sejarah Penjajahan Jepang di
Indonesia
1. Masuknya Jepang ke Wilayah
Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme
di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga meresahkan kaum pergerakan nasional di
Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang terjun dalam kancah
peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan bahwa suatu saat akan terjadi
peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu analisis politik.
Adapun sikap pergerakan politik bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan
menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap ini dinyatakan
dengan jelas oleh Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Sementara itu di Jawa muncul
Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada suatu saat pulau Jawa akan dijajah
oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya hanya "seumur
jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit kuning itu lenyap akhirnya
Indonesia merdeka. Ramalan yang sudah dipcrcaya oleh rakyat ini tidak
disia-siakan oleh Jepang, bahkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga
kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja.
Pada tanggal 8 Desember 1941
pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan yang
semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus dapat menentukan sikap dalam
menghadapi bahaya kuning dari Jepang.
Sikap tersebut dipertegas oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh
Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia Belanda termasuk ke
dalam Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina, Dutch/Belanda)
dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang
berkedudukan di Bandung.
Angkatan perang Jepang begitu
kuat, sehingga Hindia Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di
daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang. Peperangan yang
dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi nama
Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat,
Jepang telah dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai,
Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan In¬donesia. Jatuhnya Singapura ke
tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya
kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat
mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu persatu komandan
Sekutu meninggalkan Indone¬sia, sampai terdesaknya Belanda dan jatuhnya
Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah
pimpinan Karel Door¬man (Belanda) dapat mengadakan perlawanan dengan
pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis
serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut: diawali
dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-dian.Minahasa, Sulawesi,
Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang
lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting dan strategis, yaitu
untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat kedudukan Belanda di
Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris. Kemudian pasukan
Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah Banten, Indramayu,
Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat kekuasaan
Belan¬da di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya pasukan
Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di
Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah Indo¬nesia
telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.
2. Penjajah Jepang di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah
sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan Jepang. Menurut UUD
No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang kekuasaan militer
dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal (pada masa
kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh dua angkatan
perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun). Masing-masing
angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi
tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan
pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan
Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura berada di bawah kekuasaan
Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih berada di bawah
kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi,
Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
3. Organisasi Bentukan Jepang
Pasukan Jepang selalu berusaha
untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi seperti Gerakan Tiga A, Putera,
dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon
Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin
oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan ini tidak
dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943 Gerakan Tiga A
dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah pimpinan "Empat
Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kiyai
Haji Mas Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian
bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang
dilakukannya. Akan tetapi gerakan Putera yang merupakan bentukan Jepang ini
ternyata menjadi bume-rang bagi Jepang. Hal ini disebabkan oleh anggota-anggota
dari Putera yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.
Propaganda anti-Sekutu yang
selalu didengung-dengungkan oleh pasukan Jepang kepada bangsa Indonesia
ternyata tidak membawa hasil seperti yang diinginkan. Propaganda anti Sekutu
itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal Jepang termasuk negara
imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap kehadiran Jepang di
bumi Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa pendudukan Jepang
di Indonesia, seperti berlangsungnya proses Indonesianisasi dalam banyak hal,
di antaranya bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi, nama-nama di-
indonesiakan, kedudukan seperti pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh
orang-orang Indonesia dan sebagainya.
Pembela Tanah Air (PETA) PETA
merupakan organisasi bentukan Jepang dengan keanggotaannya terdiri atas
pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para pemuda bangsa Indonesia
dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemuda-pemuda inilah yang
menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.
Tujuan awalnya pembentukan
organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di
Lautan Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA justru sangat
besar manfaatnya bagi bangsa Indone¬sia untuk meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution adalah
dua orang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi pemimpin pasukan PETA
pada zaman Jepang. Namun karena PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap
sangat membahayakan kedudukan Jepang atas wilayah In¬donesia, maka pada tahun
1944 PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang mendirikan organisasi lainnya yang
bernama Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih terkenal dengan nama Jawa
Hokokai (1944). Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah Komando Militer
Jepang.
Beberapa golongan yang
terorganisir rapi dan menjalin hubungan rahasia dengan Bung Karno dan Bung
Hatta. Golongan-golongan itu di antaranya:
a. Golongan Amir Syarifuddin
Amir Syarifuddin adalah seorang
tokoh yang sangat anti fasisme. Hal ini sudah diketahui oleh Jepang, sehingga
pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk menjatuhkan hukuman mati
kepadanya. Namun, atas perjuangan diplomasi Bung Karno terhadap para pemimpin
Jepang, Amir Syari¬fuddin tidak jadi dijatuhi hukuman mati, melainkan hukuman
seumur hidup.
b. Golongan Sutan Syahrir
Golongan ini mendapatkan dukungan
dari kaum terpelajar dari berbagai kota yang ada di Indonesia. Cabang-cabang
yang telah dimiliki oleh golongan Sutan Syahrir ini seperti di Jakarta, Garut,
Cirebon, Surabaya dan lain sebagainya.
c. Golongan Sukarni
Golongan ini mempunyai peranan
yang sangat besar menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pengikut golongan
ini seperti Adam Malik, Pandu Kerta Wiguna, Khairul Saleh, Maruto Nitimiharjo.
d. Golongan Kaigun
Golongan ini dipimpin oleh Ahmad
Subardjo dengan anggota-anggotanya terdiri atas A.A. Maramis, SH., Dr. Samsi,
Dr. Buntaran Gatot, SH., dan lain-lain. Golongan ini juga mendirikan asrama
yang bernama Asrama Indonesia Merdeka dengan ketuanya Wikana. Para pengajarnya
antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan lain-lain.
4. Perlawanan Rakyat Terhadap
Jepang
Buruknya kehidupan rakyat
mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di beberapa tempat seperti:
1. Pada awal pendudukan Jepang di
Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng, Lhok Seumawe di bawah
pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, dan dua tahun
kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di bawah
pim¬pinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang
(Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada
Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawannya, namun
perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat kejamnya.
3. Sukamanah (Kabupaten
Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada Jepang.
Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal
Mustafa berhasil mem-bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti ini,
Jepang melaku-kan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan massal
terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14
Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan Supriyadi (putra
Bupati Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian dan
dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada
pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar dibinasakan.
Pemberontakan heroik ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi pada
saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur
Raya dan Perang Pasifik. Kemudian Jepang mengepung kedudukan Supri¬yadi, namun
pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia
melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah
saja dan akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala tuntutannya.
Tipuan Jepang tersebut temyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang
menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman Jepang dan beberapa
orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismail dan kawan-kawannya. Di samping, itu
ada pula yang meninggal karena siksaan Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
pendudukan Jepang di bumi Indo¬nesia tidak dapat diterima. Jepang juga sempat
mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap masyarakat dari lapisan
terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak kurang dari 20.000
orang yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya sebagian kecil saja
yang dapat menyelamatkan diri dan lari ke Pulau Jawa. Setelah
kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Jepang pada setiap peperangannya dalam
Perang Pasifik, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada
pasukan Sekutu.
5. Dampak Pendudukan Jepang bagi
Bangsa Indonesia
Bidang Politik. Sejak masuknya
kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak dapat
berkembang lagi. Bahkan pemerintah pen¬dudukan Jepang menghapuskan segala
bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik maupun yang
bersifat sosial, ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan
diganti dengan organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa
itu diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih terdapat beberapa organisasi
politik yang terus berjuang menentang pendudukan Jepang di Indonesia.
Bidang ekonomi. Pendudukan bangsa
Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis, tidak jauh berbeda
dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke
Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah
sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya.
Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya
dipegang oleh pemerintah Jepang.
Bidang pendidikan Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang pesat
dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan Jepang
memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada
sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan
nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang mengembangkan pendidikan
yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik simpati dan mendapatkan
bantuan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang
Pasifik.
Bidang kebudayaan Jepang sebagai
negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara
Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit. Cara menghormat
seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya
yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan
lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai untuk
propa¬ganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang populer pada
jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang Pejuang dalam Gejolak
Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan
yang sangat merintangi kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang telah
bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini
telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri
dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah
mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada
bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar
menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang
dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk
kebiasaan sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah
maupun untuk para pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah
putih) serta pula menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional
merupakan kebiasaaan yang diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.
Bidang sosial Selama masa
pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan.
Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat dicurahkan
untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh
korban akibat kelaparan dan penyakit.
Bidang birokrasi. Kekuasaan
Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer, yaitu dari
angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas
wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di
pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan
yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.
Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya
masih di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di
Jawa dan Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan
birokrasi di daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
Bidang militer Kekuasaan Jepang
atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya dalam bidang militer.
Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui organisasi
PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya menjadi inti
kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Penggunaan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa Indonesia berkebangsaan
Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa
Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan digantikan
dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh
tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan
berbahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan hanya
sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat menjadi bahasa
resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga pendidikan
dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa Indonesia juga
dijadikan sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya sastra
bangsa Indonesia. Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn
Pane dengan karyanya yang terkenal berjudul Kami Perempuan (1943),
Djiiiak-djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944), Saran^ Tidak Berharga (1945)
dan sebagainya. pengarang-pengarang lainnya seperti Abu llanifah yang memakai
nama samaran El Hakim dengan karya dramanya berjudul Taufan di atas Asia, Dewi
Reni, dan Insan Kamil. Pada masa pendudukan Jepang, banyak karya seniman
Indonesia yang hanya diterbitkan melalui surat kabar atau majalah dan setelah
perang selesai baru diterbitkan sebagai buku.
Sementara itu juga terdapat
penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang seperti Chairil Anwar yang
kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya Chairil Anwar menjadi
lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi Indonesia, di
antaranya yang ber¬judul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar