Perbandingan Pendidikan di Indonesia jika Dibandingkan dengan Pendidikan di Luar Negeri
Jerman merupakan tujuan favorit pelajar dan
mahasiswa Indonesia yang berminat belajar ke luar negeri, dibandingkan dengan
negara-negara lain di Eropa. Hal ini disampaikan Direktur Dinas Pertukaran
Akademis Jerman (DAAD), Irene Jansen, di Jakarta, Rabu (28/3). “Jerman berada
urutan kelima, tapi yang teratas di antara negara-negara lain di Eropa,” kata
Jansen.
Berdasarkan data pendidikan global UNESCO
2011, Australia berada di peringkat teratas sebagai negara tujuan pendidikan
luar negeri mahasiswa Indonesia dengan jumlah 10.205 orang, Amerika Serikat di
urutan kedua (7.386), Malaysia di urutan ketiga (7.325), Jepang di posisi
keempat dan (1.788) dan Jerman di urutan kelima (1.546).
Biaya pendidikan yang relatif rendah dibandingkan
dengan negara-negara lain di Eropa, kata dia, merupakan pertimbangan mahasiswa
memilih pendidikan di Jerman. Sekitar 90 persen universitas di Jerman merupakan
universitas milik pemerintah yang dana pendidikannya berasal dari pajak
masyarakat.
“Sementara universitas swasta membebankan
biaya sekitar 500 euro per semester untuk administrasi,” ujarnya. Jansen
menuturkan biaya hidup yang dibutuhkan untuk tinggal di Jerman sekitar 700 –
900 euro per bulan.
Mahasiswa bisa menggunakan bantuan bagi
mahasiswa dan potongan harga sehingga biaya hidup dapat lebih ditekan.
Menurut dia bagi mahasiswa dengan biaya
pendidikan pribadi, diperlukan jaminan keuangan senilai 8.040 euro untuk biaya
hidup selama setahun pertama kuliah.
DAAD hanya menawarkan beasiswa bagi S2 dan
S3. Ada 200 beasiswa dari beragam program studi. Untuk itu, calon mahasiswa
harus melakukan riset terlebih dahulu untuk menentukan program studi yang akan
dipilih.
Program studi favorit yang dipilih mahasiswa
Indonesia adalah kedokteran dan teknik. “Engineering (teknik) juga banyak
menarik minat karena Pak Habibie lulusan teknik Jerman,” ujarnya.
ANALISA
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang
dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa
maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita.
Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan
yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir
kritis, kreatif, dan produktif.
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan
yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Saat ini,
pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan
akademik dan pendidikan profesional. Institusi pendidikan yang
menyelengga-rakan pendidikan tinggi dapat berbentuk Akademik, Politeknik,
Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas (SPN, pasal 20 ayat 1) :
- Akademik = program pendidikan profesional dalam satu atau sebagian cabang ilmu pengetahuan,teknologi atau kesenian tertentu. Pimp. Direktur dan 3 org Pembantu Direktur (Pudir)
- Politeknik = program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Pimp. Direktur dan 3 orang Pembantu Direktur (Pudir).
- Sekolah Tinggi = program pendidikan akademik dan atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Pimpinan Ketua dan 3 org Pembantu Ketua.
- Institut = program pendidikan akademik dan atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan,teknologi atau kesenian yang sejenis. Pimp. Rektor dan 3 org Pembantu rektor (Purek).
- Universitas = program pendidikan akademik dan atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian tertentu. Pimp. Rektor dan 3 org Pembantu rektor (Purek).
JERMAN
Jerman adalah negara federasi yang terletak di
benua Eropa dan terdiri dari 16 negara bagian yang disebut Land (jamak:Länder)
atau Bundesland (negara bagian federal).
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal
meliputi : pendidikan dasar (primary education), pendidikan menengah (lower
secondary education), dan pendidikan tinggi. Wajib sekolah / belajar di Jerman
berlaku Sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia
enam tahun.
Dalam peguruan tinggi di Jerman ada dua jenis
pendidikan tinggi di Jerman, yaitu Universität (universit, selanjutnya
disingkat UNI) dan Fachhochschule (applied university, selanjutnya disingkat
FH). Secara umum, pendidikan tinggi di Jerman digolongkan menjadi Universitas
(Universitaet), Institut Teknologi (Technische Universitaet/Hochschule),
Sekolah Tinggi Pendidikan (Padagogische Hochschule), Sekolah Tinggi Seni
(Kunsthochschule), Sekolah Tinggi Musik (Musikhochschule), semacam politeknik
tetapi sampai ke jenjang S3 (Fachhochschule), dan semacam Intitut Pendidikan
Dalam Negeri (Verwaltungsfachhochschule).
Walaupun terdapat banyak jenis pendidikan tinggi
di Jerman, kebanyakan mahasiswa Indonesia kuliah di Universitas, Technische
Hochschule atau Fachhochschule. Institusi pendidikan tinggi ini menawarkan
jenjang pendidikan S1 dengan jangka waktu 6 sampai 7 semester, S2 selama 4
semester dan S3 selama 8 semester. Pemilihan jenis pendidikan tinggi ini harus
didasari keinginan dan rencana setelah nantinya selesai kuliah.
Perbedaan Pra Perguruan Tinggi
Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem
pendidikan tiga jenjang SDSLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua jenjang
pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan
pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
Jenjang Pendidikan Pra Perguruan Tinggi di Jerman
memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan di Indonesia,
dimana pendidikan SD-SLTPSLTA bisa diselesaikan hanya dalam waktu 12 tahun).
Pendidikan sekolah dasar (Grundschule) diberikan dari kelas 1 – 6, dan setelah
itu siswa diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan ke Gymnasium, Realschule
atau Berufschule.
Perbedaan Perguruan Tinggi Indonesia dan JermanTerdapat 5 bagian perbedaan sistem perguruan tinggi di Indonesia dan di Jerman diantaranya :
1. SKS dan ECTS
Indonesia : sistem pendidikan tinggi di Indonesia
menggunakan sistem SKS (Satuan Kredit Semester). SKS menunjukkan beban studi
tiap minggu selama satu semester. Biasanya untuk menyelesaikan satu program
Magister di Indonesia, contohnya Magister Teknik Elektro ITS Surabaya,
memerlukan total 40 sks.
Jerman : selain mengenal istilah SWS
(Semesterwochenstunden) yang berarti jam per minggu, digunakan juga istilah
ECTS (European Credit Transfer and Accumulation System) atau lebih praktisnya
sering disebut Credit Point. ECTS merupakan standar yang ditetapkan bagi
negara-negara Eropa dan Uni Eropa untuk membandingkan pencapaian hasil belajar
dan kinerja mahasiswa.
hanya penyebutan istilah saja yang berbeda. Pada
prakteknya, baik di Indonesia maupun di Jerman, sama-sama memberlakukan
pembobotan lamanya waktu belajar per semester yang berbeda untuk masing-masing
mata kuliah nya, baik mata kuliah umum, praktikum maupun thesisnya.
2. Perkuliahan
Indonesia : Pihak Universitas masih harus
memaksakan kehadiran minimal 70% agar mahasiswa bisa mengikuti UTS/UAS
Jerman : tidak ada lagi perlakuan absensi untuk
perkuliahan di Jerman. Adalah hak mahasiswa sendiri untuk mengikuti atau tidak
mengikuti perkuliahan.
3. Ujian semester dan sistem penilaian
Indonesia : Pada akhir periode satu semester,
mahasiswa akan menghadapi ujian. seperti di Indonesia namanya Ujian Akhir
Semester (UAS). Sebelum menghadapi UA di pertengahan satu semester ada
namanya Ujian Tengah Semester (UTS).
Jerman : tidak ada Ujian Tengah Semester (UTS),
paling hanya drill latihan-latihan soal-soal ujian saja untuk persiapan
menghadapi UAS nya. Sebelumnya, mahasiswa mendaftarkan ke pihak jurusan mata
kuliah apa saja yang akan mereka ambil untuk diujikan. Disini juga terdapat 2
cara pengujian yaitu ujian tertulis (biasanya yang banyak perhitungan matematisnya),
dan ada juga yang ujian lesan (untuk mata kuliah yang banyak teoritisnya).
Perbedaan lain yang menonjol adalah penilaiannya.
Nilai terbaik setara A di Indonesia justru di Jerman ditunjukkan dengan nilai
1,0. Secara internasional, sistem penilaian di Universitas Jerman diakui dengan
konversi sebagai berikut:
Dalam kurikulum program Master di Jerman, umumnya
ada internship atau kerja praktek di perusahaan. Lamanya 3 bulan. Jika kita
sebelumnya di Indonesia sudah pernah bekerja, atau masih bekerja dan
disekolahkan perusahaan, kita dapat melewati kewajiban yang satu ini. Lumayan
untuk mempersingkat waktu kuliah kita.
Syaratnya kita diharuskan memberikan surat
keterangan pernah atau sedang bekerja, dan juga memberikan laporan tertulis
tentang peran dan tanggung jawab serta JOBdescription kita selama bekerja
tersebut. Biasanya yang bisa diterima oleh pihak jurusan, terutama yang
pekerjaannya selama di Indonesia memang berhubungan dengan jurusan kuliah yang
diambil saat ini.
5. Thesis
Mengimbangi kompleksnya penyusunan tugas akhir
dalam bahasa selain bahasa Indonesia, di Jerman kita tidak perlu lagi mencari
judul thesis sendiri. Semua sudah disediakan oleh pihak jurusan, kita tinggal
memilih sesuai dengan minat dan kemampuan kita.
Bukan itu saja, semua itu komplit dengan asisten
professor yang siap membantu kita untuk berkonsultasi selama pembuatan thesis
tersebut. Bahkan yang detail sekalipun, format penulisan sudah diberikan dalam
bentuk Microsoft Word. Walaupun waktu pengerjaan thesis ditentukan, hanya 4
bulan.
KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia dan di Jerman walaupun
memiliki perbedaan yang signifikan, tapi terdapat juga persamaan dengan istilah
yang berbeda. Baik di luar maupun di dalam negri terdapat ilmu yang positif
tergantung kita yang menjalankan untuk kedepannya.
Dari berita diatas, Jerman termasuk Negara
favorit untuk mahasiswa Indonesia yang kuliah disana. Karena pendidikan yang
lebih luas dan lebih besar dengan biaya kehidupan yang tidak terlalu mahal
dibandingkan dengan Negara lain di Eropa.
Sistem pendidikan Jerman yang sangat terintegrasi
dan baik, apabila dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, biaya
pendidikan tinggi di Jerman dapat dikatakan jauh lebih murah dan bahkan gratis.
90% dari seluruh universitas di Jerman adalah universitas negeri yang dibiayai
oleh pajak Warga Negara Jerman dan sisanya sebanyak 10% adalah universitas
swasta yang tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.
Hanya saja, kemampuan ekonomi Indonesia yang saat
ini masih dikategorikan sebagai negara berkembang, tentu saja menyebabkan
banyak penghalang bagi siswa atau pun mahasiswa yang berkeinginan untuk
meneruskan pendidikannya ke Jerman karena permasalahan biaya. Sebagai jawaban
atas tantangan itu dan sebagai bentuk kerja sama bilateral Jerman terhadap
perkembangan pendidikan Indonesia, Jerman membentuk suatu lembaga khusus yang
bertugas untuk menyalurkan bantuan beasiswa pendidikan kepada siswa-siswa dan
mahasiswa-mahasiswa berprestasi di Indonesia untuk meneruskan pendidikannya di
Jerman. Lembaga ini dinamakan Deutsher Akademischer Austauschdienst (DAAD).
Walaupun kita kuliah di luar seperti di Jerman,
bukan berarti kita meremehkan pendidikan di Indonesia, hanya saja pendidikan di
luar negri lebih besar dengan orang orang disekitarnya yang berasal dari
penjuru dunia. Kita dapat mengambil ilmu lebih banyak dari orang orang
tersebut, dan ilmu yang kita dapatkan bisa dikembangkan dinegara kita sendiri.
Sumber : hellowulandari.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar